Kisah Singkat Tugu pendaratan Ottow-Geisler dan Sumur Tua Pulau Mansinam
Manokwari- Tepatnya tanggal 5 februari tahun 1855, dua orang misionaris asal Belanda dan Jerman yang bernama Carl Willem Ottow dan Johann Gotlob Geissler, menginjakan kaki di tanah Papua untuk pertama kalinya, tepat di Mansinam pulau yang terletak disebelah timur teluk Doreri Manokwari Papua Barat.
Mereka sampai di pulau ini setelah tiga tahun melakukan pelayaran panjang dan singgah di beberapa kota di Indonesia pada jaman dahulu. Sebagai misionaris tugas utama Ottow dan Geissler adalah memberitakan kabar baik yang tertulis di dalam kitab Injil, namun mereka juga dituntut untuk membaur dengan masyarakat setempat yang ketika itu masih sangat primitif.
Salib, patung kedua misionaris dan relief tentang sejarah pekabaran Injil ini, adalah lokasi pendaratan di pulau Mansinam. Atas izin Sultan Tidore yang manan kala itu Papua merupakan wilayah kekuasaannya, Ottow dan Geissler bersama para pengutus kerajaan berlayar dan mendarat di Pualau Mansinam yang kala itu pantainnya masih dipenuhi seluk belukar.
Zendeling Johann Gotlob Geissler menulis kesan pertama kali di medan Pekabaran Injil di tanah New Guinea, negeri hitam yang disebut negeri iblis. Pada hari minggu pagi, yaitu hari minggu zending tanggal 5 februari 1855 diatas kapal yang mengantar mereka sesaat sebelum melepaskan sauhnya di pantai pulau mansinam, ia menulis kesannya, “anda tak dapat membayangkan betapa besar sukacita kami, bahwa pada akhirnya tanah tujuan terlihat. Matahari terbit dengan indahnya. Ya, semoga matahari yang sebenarnya menyinari kami dan orang-orang kafir yang malang itu, yang telah sekian lamanya meranah di dalam kegelapan. Semoga sang Gembala setia mengumpulkan mereka dibawa tongkat gembalaNya yang lembut. Di pantai pulau Mansinam Johann Gotlob Geissler dan Carl Willem Ottow, berlutut sambil berdoa kepada Tuhan Allah Bapa di Sorga; dengan nama Tuhan kami menginjak tanah ini, amin.
Dengan membawa Injil yang kemudian adalah terang bagi tanah Papua, seperti yang dikutip dari Alkitab perjanjian baru, Efesus pasal 5 ayat 8-9; Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu, hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran.
Selain berada tak jauh dari tugu pendaratan, terdapat sumur tua, peninggalan pendeta, Van Hasselt, penerus pekabaran Injil dari Ottow dan Geisler. Sumur yang digali pada juni 1872 dan mulai digunakan pada 21 juli 1872, 20 tahun setelah Injil masuk dan mulai beredar di seluruh pelosok tanah Papua. Dalam momen perayaan HUT PI ke 168 tahun ini, pengunjung berkerumun untuk memperoleh air dari petugas.
Pendeta Novita Burwos, Ketua Pelaksana Harian Majelis Jemaat, GKI Lahai-Roi Mansinam, kepada Media Diskominfo Papua Barat menjelaskan, sumur tua tersebut digali oleh pendeta Van Hasselt menggunakan cangkang atau dalam bahasa lokal tempurung kelapa. Pendeta Novita juga menyebut, pengambilan air sumur tua tersebut oleh pengunjung, karena dipercaya mereka dapat memperoleh kesembuhan dari penyakit.
“Ini sesuatu yang unik, sumur kedalaman 12 meter itu digali menggunakan tempurung kelapa. Sesuatu yang luar biasa, sumur ini walaupun berada tidak jauh dari tepi pantai, tapi airnya tetap tawar. Kita lihat air merupakan yang biasa ya, tapi dapat dipercaya oleh setiap umat yang berkunjung ke pulau ini, ketika mereka memgambil dengan niat yang baik, dengan keyakinan dan pengaharapan yang sungguh-sungguh kepada Tuhan, mereka lihat di dalam ari itu ada kuasa, untuk menyebuhkan penyakit dan menjadi berkat dalam setiap rencana dan masa depan,” jelas Pdt. Novita Burwos.
Penulis : Simon Patiran