BPS Papua Barat Merilis Profil Kemiskinan dan Tingkat Ketimpangan Pengeluaran Penduduk Tahun 2022
MANOKWARI – Jumat (15/7/2022), Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat merilis Profil Kemiskinan dan Tingkat Ketimpangan Pengeluaran Penduduk Tahun 2022.
Dipaparkan Kepala BPS Papua Barat, Maritje Pattiwaellapia, SE.,M.Si terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 2,52 ribu orang dari 221,29 ribu orang per September 2021 menjadi 218,78 ribu orang pada Maret 2022. Selain itu saat ini secara presentase turun 0,49 persen poin.
Untuk Disparitas Kemiskinan masih lebih tinggi perdesaan 189,31 ribu jiwa (31,42%) dibandingkan perkotaan sebanyak 29.47 ribu jiwa (6,96%). Selanjutnya kenaikan Garis Kemiskinan pada periode September 2021-Maret 2022 sebesar 2,00 %. Beras dan Rokok menjadi penyumbang terbesar terhadap garis kemiskinan.
“Jadi pengertian penduduk miskin adalah penduduk yang punya rata-rata pengeluaran dibawah garis kemiskinan. Tadi kita punya garis kemiskinan dibanding sebelumnya naik (2,0 %), jadi dari Rp. 652.521 menjadi Rp. 665.604 ribu per kapita,” Jelas Pattiwaellapia.
“Artinya pendapatan masyarakat ini semakin meningkat, apalagi di fenomena pada desil 1 dan 2 pengeluaran masyarakat pada kelompok itu lebih tinggi dari garis kemiskinan. Kalau mereka lebih rendah pasti banyak yang miskin,” Sambungnya.
Ditambahkannya, Tingkat Ketimpangan Pengeluaran Penduduk Provinsi Papua Barat Maret 2022 diukur menggunakan indikator Gini Ratio dan Distribusi Pengeluaran menurut World Bank.
Indeks Gini Ratio di Papua Barat kondisi Maret 2022, ketimpangan Desa meningkat 0,012 poin dibanding periode September 2021 menjadi 0,411. Disisi lain ketimpangan Kota turun 0,019 poin menjadi 0,294 pada Maret 2022.
Untuk diketahui bersama jika angka semakin dekat dengan nilai 1 mengindikasikan tingkat ketimpangan yang semakin tinggi.
Gini Ratio Papua Barat (0,370) juga tercatat lebih rendah dari Nasional (0,384).
“Memang di pedesaan kemiskinan tinggi dan ketimpangan juga tinggi. Artinya orang-orang di pedesaan ada pendapatan yang tinggi dan ada juga rendah,” Terangnya.
“Mudah-mudahan kedepan ketimpangan Gini Ratio Papua Barat semakin baik, yang artinya pengeluaran atau pendapatan masyarakat tidak timpang antara yang penghasilannya tinggi dengan paling terendah,” Harapnya. [kpb_01]