Lima Siswa SMA Manokwari Peraih Medali Emas WSE And EC Tiba di Ibukota Papua Barat
MANOKWARI – Lima Siswa SMA Asal Manokwari berhasil menyabet Medali Emas pada event World Sciences Environment And Engineering Competition (Kompetisi Lingkungan dan Teknik Ilmu Pengetahuan Dunia) Macedonia Special Awards, yang berlangsung di Universitas Indonesia, 17-20 Juli 2022 telah kembali. Hebatnya, prestasi diukir dalam gelaran yang diikuti 359 peserta dari 23 Nagara.
Kelima siswa tersebut, yakni Goura Victoria Pattiselano dan Justinus Marcos Serang dari SMA Katolik Villanova Manokwari, Sarah Glory Athalya Simanjuntak dan Kezia Busthan dari SMA Negeri I Manokwari serta Petrus Gyantfranco Christian Saiba dari SMA Negeri II Manokwari. Setiba di Manokwari mereka dijemput oleh pihak sekolah dan Dinas, minggu (24/7/2022), sekira pukul 13.15 WIT.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Papua Barat, Barnabas Dowansiba, M.pd, Menginginkan minat dan bakat anak-anak dapat dimulai dari jenjang pendidikan bawah. Hal ini bertujuan agar bakat anak-anak dapat terbentuk sejak dini.
Menurut Dowansiba, aturan yang memisahkan kewenangan antar Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota, merupakan sesuatu yang tentu berpengaruh bagi masa depan anak-anak.
“Jangan sampai dengan Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 yang memisahkan kewenangan kita masing-masing itu berbahaya. Itu kita tidak akan ketemu, karena ketika kita terapkan Undang-Undang itu, maka ego kita juga akan muncul disitu. Makanya salah satunya adalah pusat dinas pendidikan Papua Barat sehingga menjadi sebuah regulasi yang mengikat kita semua,” Ungkap Kadis Pendidikan Papua Barat.
“Kita semua berada dalam satu garis lurus, sehingga pengembangan dari bawah (jenjang pendidikan bawah) akan memacu peningkatan mutu anak-anak. Untuk Anak-anak Kami yang sudah membawa medali emas ini, Bonus akan di berikan pada puncak perayaan HUT kemerdekaan RI 17 Agustus nanti,” Sambungnya.
Para siswa peraih medali emas berharap dengan torehan prestasi ini dapat memacu semangat anak-anak Papua lainnya untuk terus belajar. Selain itu, dengan adanya penelitian barapen, bertujuan untuk memperkenalkan budaya Papua, yang dilakukan dari sudut pandang ilmiah dan fisika.
“Jadi penelitian kita tentang barapen. Kita meneliti barapen dari sudut pandang ilmiah, selama ini sering kali barapen diteliti dari sudut pandang sosial. Maka dari itu, kita ingin melakukan sesuatu yang berbeda. Kita ingin berinovasi, penelitian kita lakukan dari sisi biologi. Kita melihat efek dari daun pepaya tentang kualitas dan kematangan dagingnya, dari sisi fisika kita melihat proses perpindahan kalori dari batu ke daging, untuk memasak daging,” Terang Goura.
“Kita bukan hanya meneliti, tapi kita menginves produk dan metode. Mungkin barapen dibuat secara outdor, untuk melakukan upacara adat, tapi kita melakukan barapen yang orang lain bisa lakukan dalam indor atau hidup sehari-sehari, sehingga barapen yang merupakan budaya Papua bisa dikenal,” Jelas Sarah.
“Apa yang kami lakukan semoga bisa menginspirasi teman-teman di Papua. kedepan mungkin bisa ditemukan cara baru untuk melakukan barapen, supaya orang-orang di luar Papua juga bisa merasakan apa itu barapen,” Harap Kezya. [kpb_04]