Gerakan Intervensi Percepatan Penanganan Kemiskinan Extrem dan Stunting di Fakfak
FAKFAK, Penjabat Gubernur Papua Barat, Komjen Pol (Purn) Drs. Paulus Waterpauw, M.Si dan TP PKK Ny. Roma Megawanty. P, S. Kom. M.Si, beserta Bupati Fakfak Untung Tamsil dan Ny. Fatima Bauw disambut tari-tarian adat lalu disambut secara adat makan pinang, siri, kopi sambil duduk teras menggunakan tikar di Kantor Distrik Kampung Raduria Distrik Fakfak Tengah, Selasa (20/6/2023) siang. Acara adat ini dipimpin Moses Kabes untuk sambut anak adat Paulus Waterpauw.
“Kita menyambutnya lalu membawa dia duduk, makan petatas goreng, minum kopi bersama-sama. Itu adalah penghormatan karena dia sampai disini,”ujarnya.
Gubernur Waterpauw mengikuti semua prosesi adat bersama Bupati hingga selesai.
Kedatangan Gubernur Waterpauw untuk melaksanakan gerakan intervensi percepatan penanganan kemiskinan extrem dan stunting. Hadir juga para pegugas posyandu dan anak-anak yang terkena stunting.
Gubernur Waterpauw mengingatkan angka prevalensi anak dengan kasus stunting di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat tergolong tinggi.
Dari data kesehatan, angka stunting pada 2022 mencapai 26 persen. Sementara pada 2023, angka prevelensi anak dengan kasus stunting sebanyak 29 persen. Angka tersebut tergolong tinggi,”kata Gubernur.
Dikatakan, pencegahan dan pemberantasan kasus stunting di Kabupaten Fakfak menjadi agenda prioritas. “Mari kita semua saling bekerja sama menurunkan angka stunting di Fakfak,”ujarnya.
Semetara itu TP PKK Ny. Roma Megawanty meminta kepada mama-mama lebih memperhatikan kondisi perkembangan anak-anak mereka.
“Kita harus memberi mereka makanan yang sehat untuk perkembangan mereka. Jangan kita pikir kita atau bapaknya anak-anak. Mereka harus sehat karena itu aset masa depan kita,”ujarnya.
Ibu itu adalah tiang dari rumah tangga, kalau tiang itu kuat, rumah akan kuat, kalau ibu berpendidikan pasti anaknya juga ingin bependidikan, kalau ibu-ibu itu sejahtera, pasti anak-anaknya juga sejahtera.
Ibu Roma juga menceritakan latar belakang sebagai orang batak, boru Pasaribu, yang mempunyai slogan ” anak kon hi do hamoraon di au” yang artinya anak saya itulah harta paling berharga bagi saya.
Menceritakan bahwa para orang tua kita dulu selalu berusaha memberikan yang terbaik buat anak-anaknya demi masa depan yang baik anak-anaknya.
Bupati Fakfak Untung Tamsil perlu adanya kolaborasi lintas sektoral terkait dalam mengupayakan pemberantasan dan pencegahan Stunting di Kabupaten Fakfak.
“Karena bagaimana kita mau mewujudkan generasi Fakfak Emas sesuai visi dan misi Pemkab, kalau masih banyak anak-anak kita yang terkena stunting. Kita tak perlu sembunyikan fakta-fakta bahwa stunting kita tinggi,”ujarnya.
Adanya intervensi dari tingkat kampung dalam penanganan stunting, sehingga di kampung melalui alokasi dana kampung dan juga berbagai OPD terkait bisa ada kolaborasi sehingga kegiatan dapat berjalan.
Untuk itu, Bupati meminta semua pihak terkait harus duduk bersama berkolaborasi untuk mengupayakan penurunan angka Stunting di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Angkat Anak
Pada kesempatan itu Gubernur kembali mengangkat anak asuh dimana dari 25 anak terkena stunting Kampung Raduria Distrik Fakfak Tengah, 15 diantaranya menjadi anak asuh.
“15 anak menjadi tanggungjawab saya dan sisanya nanti biar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang menanganinya,”ujar Gubernur Waterpauw.
Ia juga berharap Bupati Fakfak dan perangkatnya bisa melakukan hal yang sama. Karena kebijakan program mama dan bapak dinilai efektif mempercepat penurunan stunting.
Tercatat hingga saat ini Penjabat Gubernur telah memiliki sekira 75 anak asuh yang tersebar di seluruh Kabupaten. Program anak asuh dimana perbulannya diberikan bantuan 500 ribu selama 3 bulan pertama, apabila dievaluasi masih memerlukan penanganan dilanjutkan tahap kedua.
Pada saat itu juga dilakuka tanda tangan komitmen bersama dalam Percepatan Penanganan Kemiskinan Extrem dan Stunting di Fakfak.
Ditanya soal keironisan yang terjadi dengan angka Stunting tinggi di daerah penghasil ikan segar melimpah seperti Fakfak, Awal merespon dengan menyebutkan penyebabnya kompleks dari berbagai faktor.
“Mulai dari kondis sosial masyarakat kita yang belum paham, termasuk kaitannya dengan pernikahan dini dan kekerasan dalam rumah tangga serta pemahaman masyarakat yang belum teredukasi,” bebernya.
Awal mengambil contoh untuk Distrik Wartutin, dari 228 anak terdapat 57 anak yang terkena Stunting.
Angka ini berarti 25 persen yang masih terkena Stunting, kemudian di Distrik Karas yang merupakan daerah pesisir masih ada sekira 20 persen anak-anaknya mengalami Stunting,” pungkasnya.
Sebelumnya diketahui, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting balita di Papua Barat mencapai 30 persen pada tahun 2022.
Besaran angka stunting provinsi tersebut menempati peringkat ke-6 secara nasional.
Prevalensi balita stunting Papua Barat meningkat 3,8 poin dari tahun sebelumnya, di mana pada tahun 2021, prevalensi balita stunting di provinsi ini sebesar 26,2 persen.
Untuk diketahui, Stunting ialah kondisi gagal tumbuh akibat kurangnya asupan gizi, di mana dalam jangka pendek dapat menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme, dan pertumbuhan fisik pada anak.
Sementara itu, dalam jangka panjang, dampak stunting ialah kesulitan belajar, penyakit jantung dan pembuluh darah.
Sumber : Tim Media Pj. Gubernur Papua Barat